Malam ini
membuka buku tahunan SMA, membuat kenangan – kenangan itu berhamburan keluar.
Andaikan aku bisa membuat diksi yang baik, tentu aku akan mengungkapkan
kenangan itu dengan diksi yang terbaik. Kenangan tentang sahabat, teman,
guru-guru, bagaimana dulu aku bersekolah, momen-momen indah bahkan cinta. Ya
cinta dan semuanya, kenangan yang sangat manis.
Aku tak
bermaksud apa-apa, tulisan ini hanya untuk mengenang. Mengenang kisah yang
belum ada akhirnya dan mungkin masih berlanjut hingga saat ini.
Kisah itu
bermula disini, ketika seorang jendral datang, sebenarnya bukan ia yang datang,
bukan juga aku. Tapi waktu yang membawa kita bertemu. I had been looking to
jendral for 3 years. Sebegitu lamanya ia menempati peran utama dalam setiap
bagian hariku. Semuanya tersembunyi, tapi yang tersembunyi itu indah dan manis
juga berharga.
Semuanya
berlanjut hingga sang bintang datang, lagi-lagi bukan ia yang datang, bukan
juga aku. Tapi waktu yang mempertemukan kami di sebuah ruangan suci berukuran
3x4 meter --mungkin lebih sempit dari itu – Pertemuan yang terus berlanjut
hingga aku merasa ia mulai bersinar sangat terang dan membuatku ingin
menggapainya. Tapi tak semudah membalikkan telapak tangan atau mengeluarkan gas
H2S dari dalam perutmu, ia sangat sulit dijangkau sangat jauh dan karena
sinarnya yang begitu terang dia tak benar-benar dapat melihatku.
Seperti yang
kutulis di awal, tulisan ini hanya untuk mengenang. Rasa manis, asam, asin
bahkan pahit sekali pun pernah kurasakan. Tapi aku senang bisa bertemu dengan
orang-orang yang telah membuat hidupku bermakna dan indah berwarna layaknya
pelangi.