Dikisahkan di suatu taman bunga hiduplah
seekor ulat kecil, panggil saja ia Uli. Uli sedikit berbeda dengan
teman-temannya. Uli masih seekor ulat padahal teman-temannya sudah banyak yang berubah menjadi kepompong
dan sedang menantikan perubahan wujud menjadi kupu-kupu. Beberapa teman lain bahkan
sudah menjadi kupu-kupu. Uli melewatkan satu periode dalam hidupnya, ketika
teman-teman yang lain sedang giat makan agar cepat menjadi kepompong, Uli
terdiam tak berdaya karena terkendala oleh satu dan lain hal. Uli menganggap
itu adalah masa kelamnya. Ketika teman–teman yang lain sudah menjadi kepompong,
Uli masih berusaha untuk menjadi kepompong.
Taman bunga tempat tinggal Uli dan
teman-temannya adalah taman bunga yang istimewa. Beragam perayaan diadakan
disana, seperti perayaan musim semi, perayaan panen polen, hingga perayaan
musim gugur. Ketika teman-temannya yang telah menjadi kupu-kupu sibuk dengan
berbagai perayaan di taman bunga itu, Uli selalu ingin bergabung dan membantu
mereka. Tapi sayang, Uli yang hanya seekor ulat kecil, tak punya kekuatan dan keistimewaan
lebih seperti teman-temannya. Teman-teman kupu-kupunya tak percaya akan
kemampuan Uli, hingga ia tak diperbolehkan ikut campur secara langsung pada
berbagai perayaan itu. Akhirnya, ia hanya membantu sebisanya. Dikala yang lain
mengatur ini dan itu, Uli hanya bisa mengangkut beberapa barang untuk perayaan.
Uli tak keberatan dengan itu semua, ia sadar dirinya hanya seekor ulat kecil
biasa.
Hari berganti hari, lambat laun Uli
merasa asing di taman bunga itu, ia merasa sangat sangat kecil di hadapan
kupu-kupu lain. Sedikit lagi ia akan menjadi kepompong, tapi ia merasa mulai
terabaikan oleh yang lain. Dalam hatinya berkata, “Mungkinkah aku tak terlihat?
Apakah mereka tak bisa merubah pandangannya akan diriku? Kapankah mereka akan percaya
pada kemampuanku?”. Uli hanya bisa terus berusaha untuk menjadi versi terbaik
dari dirinya hingga nanti saatnya ia bisa menjadi kupu - kupu seperti
teman-temannya.