Tuesday, May 6, 2014

Uli, Si Ulat Kecil part 1

                

            Dikisahkan di suatu taman bunga hiduplah seekor ulat kecil, panggil saja ia Uli. Uli sedikit berbeda dengan teman-temannya. Uli masih seekor ulat padahal teman-temannya  sudah banyak yang berubah menjadi kepompong dan sedang menantikan perubahan wujud menjadi kupu-kupu. Beberapa teman lain bahkan sudah menjadi kupu-kupu. Uli melewatkan satu periode dalam hidupnya, ketika teman-teman yang lain sedang giat makan agar cepat menjadi kepompong, Uli terdiam tak berdaya karena terkendala oleh satu dan lain hal. Uli menganggap itu adalah masa kelamnya. Ketika teman–teman yang lain sudah menjadi kepompong, Uli masih berusaha untuk menjadi kepompong.
            Taman bunga tempat tinggal Uli dan teman-temannya adalah taman bunga yang istimewa. Beragam perayaan diadakan disana, seperti perayaan musim semi, perayaan panen polen, hingga perayaan musim gugur. Ketika teman-temannya yang telah menjadi kupu-kupu sibuk dengan berbagai perayaan di taman bunga itu, Uli selalu ingin bergabung dan membantu mereka. Tapi sayang, Uli yang hanya seekor ulat kecil, tak punya kekuatan dan keistimewaan lebih seperti teman-temannya. Teman-teman kupu-kupunya tak percaya akan kemampuan Uli, hingga ia tak diperbolehkan ikut campur secara langsung pada berbagai perayaan itu. Akhirnya, ia hanya membantu sebisanya. Dikala yang lain mengatur ini dan itu, Uli hanya bisa mengangkut beberapa barang untuk perayaan. Uli tak keberatan dengan itu semua, ia sadar dirinya hanya seekor ulat kecil biasa.
            Hari berganti hari, lambat laun Uli merasa asing di taman bunga itu, ia merasa sangat sangat kecil di hadapan kupu-kupu lain. Sedikit lagi ia akan menjadi kepompong, tapi ia merasa mulai terabaikan oleh yang lain. Dalam hatinya berkata, “Mungkinkah aku tak terlihat? Apakah mereka tak bisa merubah pandangannya akan diriku? Kapankah mereka akan percaya pada kemampuanku?”. Uli hanya bisa terus berusaha untuk menjadi versi terbaik dari dirinya hingga nanti saatnya ia bisa menjadi kupu - kupu seperti teman-temannya.

Saturday, May 3, 2014

Motivation Training with Azhar Nurun Ala

Kemarin, HMD Matematika UI mengadakan suatu acara “Motivation Training”, lagi-lagi dengan pembicara yang amazing yaitu Kak Azhar Nurun Ala.
Azhar Nurun Ala ialah seorang mahasiswa FKM UI angkatan 2009 dengan prodi Ilmu Gizi, wakil ketua BEM UI 2013, penulis antologi prosa “Ja(t)uh” dan novel “Tuhan Maha Romantis”, masih muda (yailah, lahir tahun 1993 --“), tampan, tapi para wanita pasti kecewa karena Kak Azhar sudah beristri. Walaupun Kak Azhar kuliah di fakultas Kebanyakan Muslimah, eh salah maksudnya Fakultas Kesehatan Masyarakat, tapi ia punya passion di bidang sastra dan marketing. Mungkin agak berseberangan dengan jurusan kuliahnya, tapi setahuku kak Azhar mulai menemukan passionnya saat ia duduk di bangku perkuliahan. Sejujurnya, aku senang sekali bisa bertemu dengan Kak Azhar dan mendengarkan sharing-sharing pengalamannya. Sudah lama aku sering membaca blog & tumblr nya, dan kagum dengan tulisan-tulisannya (yaah, mungkin bisa dianggap sebagai fans nya *eh). Penasaran nggak sih apa yang kemarin di-share sama Kak Azhar? Nih, aku coba merangkumnya.
Motivation Training kali ini bertemakan “Menyeimbangkan waktu antara kuliah dan organisasi”, tapi Kak Azhar mengatakan kalau ia bukanlah seorang trainer atau motivator jadi ia hanya akan berbagi pengalamannya.
Kak Azhar memulai dengan memperlihatkan grafik demografi penduduk Indonesia, dari grafiknya terlihat bahwa mayoritas masyarakat Indonesia berada di usia produktif dan itulah yang menjadi bonus demografi yang memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk bisa memajukan negaranya. Lalu, bagaimana kita memanfaatkan bonus demografi tersebut? Ada 3 karakter utama masyarakat baru Indonesia, yaitu:
1.      Pendidikan Tinggi
2.      Well Connected (melalui internet, social media, dll)
3.      Native democracy (lahir ketika dunia sudah demokrasi)
Walaupun memiliki bonus demografi dan kekayaan alam yang melimpah, ironisnya Indonesia tidak mampu memanfaatkannya dengan baik. Banyak perusahaan asing yang dengan mudahnya mengeruk keuntungan dari kekayaan alam Indonesia, sebut saja Freeport. APBN pemerintah pun masih jauh di bawah keuntungan Freeport yang mencapai 400 triliun/tahun. Kemudian, apakah kita mau menjadi bagian dari SOLUSI atau menjadi tambahan MASALAH bagi Indonesia? Superman is dead. Hanya dengan seorang presiden baru, tak serta merta masalah di indonesia selesai. Jadilah solusi bagi Indonesia dan organisasi adalah jalan untuk belajar membantu Indonesia.
Mungkin kita sebagai mahasiswa bertanya-tanya, bagaimana caranya merangkul organisasi menjadi sahabat di masa perkuliahan ini? Kak Azhar memberikan 3 tipsnya, yaitu:

Back
to top