Sunday, January 19, 2014

Banjir, Kaukah Teman Setia Ibukota Tercinta?

sumber gambar : detik.com
        Sudah hampir seminggu wilayah jabodetabek berselimut hujan dengan intensitas yang tinggi dan malam ini hujan deras kembali mengguyur kota tempat tinggalku, Bekasi. Mungkin sudah menjadi hal umum ketika hujan seperti ini terjadi di kota-kota lain, namun berbeda kasusnya jika hujan sederas dan selebat ini terjadi di wilayah ibukota Indonesia.
Jakarta, ibukota Indonesia yang penuh dengan hiruk pikuk aktivitas penduduknya, kota yang menjadi tumpuan hidup ribuan bahkan jutaan manusia,  kota gemerlap dengan bangunan-bangunan kokoh menjulang tinggi yang berusaha mencapai langit, seakan tak berdaya ketika menghadapi rangkaian hujan deras selama seminggu terakhir ini. Tak dapat terelakkan, bencana itu datang lagi, ya banjir. Bencana tahunan yang terjadi ini mampu melumpuhkan kekuatan kota Jakarta. Perumahan-perumahan penduduk, mulai dari yang kumuh hingga yang elit sekalipun terendam air dengan ketinggian yang bervariasi, jalan-jalan protokol juga tak luput dari genangan air hingga mampu merendam kendaraan-kendaraan yang melaluinya. Penduduk Jakarta dan sekitarnya tak mampu beraktivitas secara normal lagi, banyak yang harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena rumahnya tenggelam oleh banjir, banyak yang bersikeras tetap tinggal di rumahnya untuk menjaga barang-barang berharganya walau resiko besar menanti di depan mata, tak sedikit pula anak-anak yang terpaksa diliburkan kegiatan belajar di sekolahnya dikarenakan bencana ini.
Entah mengapa sepertinya banjir telah menjadi teman ibukota ini. Mungkin ia rindu jika setahun saja tidak bertemu atau mungkin ia datang setiap tahun hanya sekedar ingin memberikan pelajaran kepada temannya bahwa lingkungan itu perlu dijaga. Jika hal separah ini sudah terjadi, mulai muncul pertanyaan “Siapa yang bersalah dalam situasi ini?” Mulailah bermunculan berbagai macam opini dari yang menyalahkan orang lain, institusi, pemerintah sampai opini untuk membela diri sendiri. Ada yang menganggap ini kesalahan penduduknya yang suka membuang sampah sembarangan, yang seenaknya membangun rumah di bantaran sungai, yang tak menjaga lingkungan, ada yang menyalahkan pemerintah yang dianggap kurang tegas dalam membuat kebijakan tentang pembangunan gedung dan pemukiman di kawasan resapan air dan berbagai opini lain. Melemparkan kesalahan bukanlah hal yang baik, semua pihak memegang andil  atas apa yang terjadi di ibukota negara tercinta ini. Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang menuntut pembangunan pemukiman di kawasan resapan air, mengurangi hutan kota hingga pengambilan air tanah secara berlebihan tanpa terkendali juga ikut andil dalam penurunan tanah di wilayah Jakarta.

Jika sudah terjadi seperti ini, tinggal bagaimana sikap kita “Apakah kita mau menjadi seperti keledai yang jatuh dalam lubang kesalahan yang sama berulang kali? Maukah kita belajar dari kesalahan?” Sekali lagi, bukan hanya rakyat saja, pihak swasta saja, ataupun pemerintah saja yang harus bertanggung jawab, tapi semua pihak seharusnya ikut andil dalam masalah banjir yang tak kunjung selesai ini. Karena inilah ibukota negara tercinta kita, Indonesia, tak pantas rasanya jika banjir selalu dianggap sebagai teman setianya.
Back
to top